Sabtu, 27 Desember 2014

paku, kayu dan dempul

Aku yakin kalau kebanyakan dari kita sudah sering mendengar cerita tentang seorang anak dan pagar yang dipakunya. Cerita ini akan banyak sekali ditemui di web dan inti dari ceritanya adalah perbuatan dan penyesalan. Kalau yang belum pernah silahkan dibaca kembali...

Pernah ada seorang anak lelaki yang berwatak buruk. Ayahnya memberi dia sekantung penuh paku, dan menyuruh memaku satu batang paku di pagar pekarangan setiap kali dia kehilangan kesabarannya atau berselisih paham dengan orang lain.

Hari pertama dia memaku 37 batang di pagar, karena hari itu anak tersebut tercatat berselisih paham dengan teman temannya. Pada minggu-minggu berikutnya dia belajar untuk menahan diri, dan jumlah paku yang dipakainya berkurang dari hari ke hari. Dia mendapatkan bahwa lebih gampang menahan diri daripada memaku di pagar.

Akhirnya tibalah hari ketika dia tidak perlu lagi memaku sebatang paku pun dan dengan Gembira disampaikannya hal itu kepada ayahnya. Ayahnya kemudian menyuruhnya mencabut sebatang paku dari pagar setiap kali bila dia berhasil menahan diri/bersabar.

Hari-hari berlalu dan akhirnya tiba harinya dia bisa menyampaikan kepada ayahnya bahwa semua paku sudah tercabut dari pagar. Sang ayah membawa anaknya ke pagar dan berkata: "Anakku, kamu sudah baik, tetapi coba lihat betapa banyak lubang yang ada di pagar. Pagar ini tidak akan kembali seperti semula".

KETIKA KAMU MELONTARKAN SESUATU DALAM KEMARAHAN, KATA-KATAMU ITU MEMBEKAS SEPERTI LUBANG INI DI HATI ORANG LAIN. KAMU DAPAT MENUSUKKAN PISAU KEPADA SESEORANG, LALU MENCABUT PISAU ITU. TETAPI, TIDAK PEDULI BERAPA KALI KAMU MINTA MAAF, LUKA ITU AKAN TETAP ADA. DAN, LUKA KARENA KATA-KATA ADALAH SAMA BURUKNYA DENGAN LUKA FISIK.

Lantas kemudian si anak akan mengubah sikapnya yang cenderung cepat emosi.

Nah begitulah secara umum, cerita itu ditampilkan.

Setujukah kamu dengan cerita itu?

Kalau aku, kurang... kurang kali pun kayaknya...

Kenapa?

Kesimpulan dari cerita itu kebanyakan mengarahkan untuk berhenti bersikap buruk, tetapi tidak dibarengi dengan berbuat kebaikan. Si anak diminta untuk mengubah sikapnya yang emosian. Kalau dianalogikan dengan paku dan kayu itu, si anak gak memaku lagi, tapi membiarkan kayu itu tetap dengan bolong-bolong bekas pakunya. Kalau mau melihat kondisi pakunya, bisa melihat kayu seperti di bawah ini...

Sumber gambar: dreamstime.com

Jelek kali kan?

Nah begitulah nanti kasus si anak itu. Sampai dia besar, orang-orang yang pernah disakitinya bisa saja melihatnya sebagai seorang yang emosian. Wounds is heal, but it need process. Luka hati memang bisa disembuhkan, dengan maaf dan  dengan waktu. Tapi semuanya membutuhkan proses. Dan akan semakin cepat dan semakin baik pula proses penyembuhannya apabila didukung dengan pengobatan.

Semisal seperti ini, anda tersinggung dengan sikap teman anda, lalu anda dimintai maaf, kira-kira anda akan melupakan begitu saja? Tidak, seperti pada kasus kayu tentu saja. Lalu apakah luka hati anda itu bisa disembuhkan, kalau menurut saya tentu saja bisa. Kalau seandainya orang yang membuat anda tersinggung lantas selalu berbuat baik kepada anda, luka hati anda akan lebih cepat sembuh, dan bisa saja anda menjadi lebih dekat dengannya bukan?

Seperti itu pula, kalaulah si anak mengubah sikapnya menjadi tidak pemarah lagi tapi tidak berbuat apa-apa, orang yang tidak disakitinya mungkin tidak akan bertambah tapi orang yang dilukainya tetap terluka. Dengan dia berbuat baik kepada orang yang telah disakitinya maka paling tidak luka hati mereka akan lebih cepat sembuh. Kesempatan mereka untuk sembuh hatinya akan lebih besar. Mereka juga bisa lebih menyukai si anak karena perbuatan-perbuatan yang dia lakukan kepada mereka.

Kalau kita analogikan dengan kayu tadi, akan lebih bagus kan kalau kayu yang sudah dicabut pakunya kita dempul. Akan lebih lebih menarik dan bisa saja lebih cantik dari sebelumnya. Jadi mari kita perbanyak berbuat baik.

sumber gambar: wikipedia.com

"Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang dan pada bahagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik dapat menghapuskan perbuatan buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat". (QS Huud : 114).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar