Sering kita dengar kalau orangtua memberi makan sama anaknya, orangtua itu biasanya mengatakan untuk menghabiskan makanan. Biarpun anaknya sudah enggan, seringkali kita temui si anak tetap dipaksa. Padahal bisa saja memang anaknya udah kenyang jadi gak mau makan. Namanya sudah kenyang kalau dipaksa bisa muntah. Alasannya sih, karena sayang kalau makanannya gak habis dan supaya gak mubazir. Sesungguhnya mubazir itu adalah perbuatan setan. Jadi orangtua pasti gak ada dong yang ingin anaknya kayak setan...
Mubazir itu setauku adalah kata serapan dari bahasa Arab yang dalam KBBI artinya menjadi sia-sia atau tidak berguna; terbuang-buang (krn berlebihan), berlebihan ataupun boros.
Boros itu tidak baik bisa disebabkan karena sama saja melakukan perbuatan yang sia-sia, atau malah salah. Pada kasus makanan misalnya, karena terlalu rajin belanja makanan maka semua makanan dimasak dan disuguhkan. Akibatnya gak habis kan itu makanan. Atau kalaupun habis yang makan bakalan kekenyangan. Kalau kekenyangan, apalagi sering, malah bisa mengganggu kesehatan.
Ternyata persepsi kita terhadap mubazir biasanya diartikan hanya terhadap hal berkaitan dengan kebendaan. Baju yang dibeli tapi gak dipakai, buku yang masih ada lembaran halamannya, dan yang paling sering makanan yang gak dimakan. Padahal ada hal lain yang mubazir yang gak sadar kita lakukan.
Apakah itu?
Mubazir dalam bertindak, berbuat atau bekerja.
Seberapa banyak yang sadar akan hal ini? Sebenarnya aku juga belum pernah melakukan survei, tapi berdasarkan observasi saja, aku melihat mayoritas melakukannya.
Kapan?
Pada saat kita melakukan sesuatu yang sia-sia, tidak ada faedah maupun manfaatnya. Mubazir waktu, maupun mubazir tindakan.
Bagi umat Islam, saya yakin sering mendengar kata bid'ah atau mengada-adakan. Hal ini menurutku termasuk perbuatan yang mubazir. Bahkan ada konsekuensi negatif dari melakukan bid'ah yaitu diancam dengan dosa. Berbuat sesuatu dengan mengharapkan pahala, eh malah dapat dosa. Sudah capek eh malah rugi, mubazir kan?
Ada juga masyarakat yang merayakan Idul Fitri dengan membakar kembang api, mercon dan sebagainya. Sudahlah rugi uang, tidak mendapat faedah, merugikan orang lain karena mengganggu jam istirahat, bisa merugikan diri sendiri pula. Kalaulah itu mercon meletus pada saat dipegang, kan bisa sakit tuh...
Kalau dulu sewaktu aku masih kuliah, aku pernah mengikuti perayaan tahun baru. Kalau dalam islam perayaan ini tidak ada dasarnya sih, soalnya kan memang bukan tahun baru Islam. (Tahun baru islam itu 1 Muharram, yang anehnya mayoritas umat muslim tidak merayakannya sebagaimana tahun baru masehi) Aku ingat waktu itu aku terjebak di dalam mobil, di tengah jalan, karena macet jam 12 malam. Sudahlah sia-sia, merugikan diri sendiri pula. Sepanjang jalan mikir, dari pada gini mending di rumah tidur... Kayaknya kejadian yang seperti ini banyak berulang setiap tahun, termasuk tahun ini yang sebentar lagi berganti menjadi 2015.
Padahal sebenarnya sangat mungkin bagi kita untuk melakukan sesuatu yang benar dan ada manfaatnya. Yang penting bisa menggunakan logika dan mampu memikirkan konsekuensi tindakan.
Yuk jauhi hal yang mubazir...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar